Jumat, 17 April 2015

Gambar Pengantar Juara

Ada seorang anak kecil kira-kira berumur sekitar 11 tahun yang tinggal bersama orang tuanya disebuah kota di negara Indonesia. Anak itu adalah anak satu-satunya, dia tidak memiliki kakak ataupun adik. Anak ini mempunyai bakat menggambar yang sangat bagus dan disaat dia memiliki waktu luang, dia pasti mengisi waktu itu dengan menggambar dan terkadang anak ini selalu mendapatkan hukuman oleh ibunya di rumah karena dia tidak pernah bisa mengerti pelajarannya., khususnya matematika.

Ibunya selalu mengajarkannya tapi anaknya itu tetap saja tidak mengerti atas apa yang diajarkan oleh ibunya. Tidak jarang ibunya tersebut memarahi dan memukuli anaknya itu sampai anaknya menangis. Tapi masih ada seorang ayah yang bisa menyelamatkannya dari pukulan ibunya. Ayahnya itu mendukung atas apa yang disukai oleh anaknya itu, namun ibunya tidak seperti ayahnya yang selalu saja mendukung apa yang anaknya suka.


Suatu hari, ibu dan anaknya itu sedang duduk didekat dapur. Ibunya itu sedang mengajarkan anaknya tentang soal matematika, namun anaknya masih saja tetap tidak mengerti walaupun ibunya mengajarkannya sampai berulang-ulang kali. "Apa yang sebenarnya membuat kau tidak mengerti? Aku sudah mengulanginya sampai berkali-kali." Kata ibu kepada anaknya. Anaknya tersebut hanya bisa menggelengkan kepalanya dan akhirnya ibunya tersebut marah lalu memukuli anaknya dengan sebuah buku ditangannya. Namun tidak lama, ayahnya datang dan menyelamatkan anaknya lalu ibunya dibawa keruang keluarga untuk berbicara bersama dengan suaminya.


Anak tersebut menangis kesakitan didepan pintu kamarnya. Setelah itu dia mulai menggambar sebuah rumah dan pemandangan dibelakangnya. Itulah satu-satunya cara untuk menghapuskan kesedihan dan kesakitan yang dialaminya. Sudah banyak hasil gambar yang ia buat dari kertas dan itu semua telah dilihat oleh ayahnya yang membuat ayahnya itu semakin mendukung anaknya.


Keesokan harinya, anak itu berangkat ke sekolah yang diantar oleh ayahnya menggunakan sebuah motor tua milik ayahnya. Anak itu memiliki banyak teman baik di sekolahnya, bahkan teman-temannya tersebut sering membantunya mengerjakan tugas-tugas di sekolah. Ketika guru masuk, semua murid didalam kelas diam dan bersiap untuk belajar. Hari itu mereka belajar matematika dan diakhir kelas guru itu mengatakan bahwa besok akan ada ulangan matematika.


Pulang sekolah, anak itu dijemput oleh ayahnya dengan menggunakan motor tua miliknya menuju ke rumah. Sesampainya di rumah, anak itu tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menjawab ulangan besok. Lalu anak itu mencoba belajar semampunya untuk mendapatkan yang terbaik dihasil ulangannya. Anak itu ingin membuat ibunya bangga walaupun susah untuk mewujudkannya. Tapi anak itu tetap berusaha untuk belajar hingga akhirnya ketika ibunya pulang dari kantor, dia melihat anaknya itu sedang belajar sendiri. Ibunya tersenyum lalu pergi beristirahat.


Anak itu terus berusaha belajar dan belajar sambil meneteskan air matanya. Anak itu berkata didalam hati kecilnya "Aku pasti bisa menjawab semua soal-soal ini." Menggambarpun tidak pernah dilakukannya seharian penuh akibat dia harus belajar dan berusaha mendapat nilai yang baik besok. Lalu anak tersebut lelah dan tertidur tepat dimana ia belajar. Dengan posisi duduk dan buku-buku yang ada diatas meja.


Keesokan harinya, anak itu siap untuk ke sekolah dan mengahadapi ulangan. Ketika di dalam kelas, anak itu terlihat diam dan santai dalam mengerjakan soal-soal ulangan. Dengan penuh keyakinan anak tersebut menyelesaikan semua soal-soal itu dan langsung mengumpulkannya. Setelah ulangan, anak itu menggambar seorang lelaki yang sedang meneteskan air matanya dan menggunakan pakaian wisuda lengkap dengan topi toganya.


2 hari kemudian...


Anak itu tiba di sekolah dan bermain bersama temannya didalam kelas. Lalu guru matematikapun datang membawa hasil ulangan. Satu per satu murid-murid dipanggil kedepan untuk mengambil hasil ulangan mereka. Saat anak itu namanya dipanggil, majulah dia dan melihat hasil dari ualngan kemarin. Sayang sekali, anak itu belum bisa mendapat nilai yang baik untuk ulangan kali ini. Dia hanya bisa menangis melihat angka 40 di kertas ulangannya itu.


Ketika pulang sekolah, anak itu berkumpul dengan teman-temannya. Temannya itu ingin membantu dan bahkan temannya berkata "Ambil saja kertas ulanganku ini dan ganti namanya menjadi namamu." Tapi anak itu tidak mau mengambilnya dan tetap saja dia mau membawa hasilnya sendiri pulang ke rumah.


Anak itu sangat tidak bersemangat dan memperlihatkan hasil ulangannya itu kepada ibunya. Akhirnya ibunya memarahi anaknya hingga menangis. Anak itu lari menuju kamarnya dan duduk dibangku tempat dimana ia selalu menggambar. Tidak lama setelah itu, ibunya merasa kesakitan dan jatuh pingsan. Maka dibawalah ibunya ke rumah sakit untuk dirawat inap.


Keesokan harinya, anak itu pulang dari sekolah menuju ke rumah sakit bersama ayahnya untuk melihat keadaan ibunya. Ibunya tersenyum melihat anaknya pulang dari sekolah dan langsung memeluknya. Tidak lama kemudian, datang seorang wanita dan dia adalah guru matematika anaknya ibu tersebut. Dia datang membawa bunga dan tidak hanya itu. Guru matematika itu membawa kabar gembira bagi keluarga mereka.


Guru matematika itu mengatakan bahwa anak ini memenangkan juara 2 lomba menggambar se-ASIA. Guru matematikanya sengaja mendaftarkan anak itu kedalam lomba menggambar se-ASIA karena menurut gurunya, gambar dari anak itu sangat bagus. Dan gambar yang membuatnya menjadi juara itu adalah gambar lelaki yang meneteskan air mata yang menggunakan pakaian wisuda serta topi toganya. Anak itu menjelaskan bahwa itu adalah dia yang akan datang suatu saat nanti. Menggunakan pakaian wisuda dan topi toga didepan orang tuanya dan menangis bahagia.