Rabu, 04 Mei 2016

Ada seorang anak laki-laki yang hidupnya begitu sederhana yang dulunya dia adalah seorang anak yang sangat nakal, pemalas, dan bisa dibilang nekad. Dulu, anak ini sering membuat kedua orangtuanya marah, sedih, dan kecewa. Hal pertama yang sering membuat orangtuanya merasa seperti itu adalah anak ini sangat sulit untuk disuruh belajar. Apalagi ketika ada ulangan, anak ini biasanya belajar sendiri tapi itu tidak berlangsung lama. Jadi ketika anak itu sedang belajar sendiri, ada saja hal-hal yang membuatnya tidak fokus, malah dia tidak jadi belajar karena hanya ingin menonton TV. Jadi dia harus belajar bersama ayahnya agar dia tidak bisa main-main.

Pernah juga, ayahnya memberikannya soal hitung-hitungan, jadi anak itu dikasih selembar kertas yang berisi 50 soal yang harus dia kerjakan secepat mungkin namun harus benar. Lalu dia mulai mengerjakan soal itu bersama dgn ayahnya yang berdiri tepat disampingnya dan memegang stopwatch. Anak itu mengerjakannya dengan penuh konsentrasi dan begitu dia selesai, waktu yang dia tempuh sekitar 2 menit sekian. Tapi tidak semua jawaban yang dia tulis itu benar semua, ada saja beberapa yang salah. Tapi dgn cara seperti itu dia mulai lebih berhati-hati dalam mengerjakan soal hitung-hitungan. Sering sekali dia mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh ayahnya dan semakin lama semakin baik pula dia mengerjakannya.

Lalu dia pernah memberikan hasil tulisan tangannya yang menurutnya indah dan bagus kepada ayah dan ibunya. Lalu ayahnya berkata "Tulisanmu bagus. Coba kamu kasih lihat ke mama." Lalu anak itu langsung lari dari kamar menuju dapur dan segera memperlihatkan tulisannya itu ke ibunya. Ibunya yang sedang masak berkata "Bagus, nak." sambil mengangkat kedua jempolnya. Anak itu merasa senang sekali karena bisa memperlihatkan sesuatu yang bagus menurut dia kepada orangtuanya. Walaupun hanyalah sebuah tulisan tangan yang mungkin belum tentu bagus dimata orang lain.

Masih membahas masalah belajar. Anak ini sedang belajar bersama ayahnya tepat didepan pintu dapur. Jadi mereka duduk di lantai sambil mengerjakan soal-soal. Tapi tiba-tiba anak ini masuk ke dapur dan ingin mematikan kompor. Ketika dia mematikan kompor tersebut tapi ternyata malah membuat suhu didalam kompor itu semakin memanas. Sebenarnya anak ini sok tau ingin mematikan kompornya. Lalu dia kembali belajar dan tidak lama ada tercium bau yang tidak enak seperti kebakaran. Ternyata kompor yang dia kira sudah mati, kini malah mengeluarkan api yang besar. Anak itu panik dan ayahnya segera mengambil alat pemadam kebakaran untuk memadamkan apinya.

Anak ini pergi memanggil ibunya yang sedang bertamu di rumah tetangga yang tepat disebelah rumahnya. Lalu ibunya kembali ke rumah bersama dengan tetangganya untuk melihat keadaan. Ketika mereka sampai, ternyata apinya sudah dan keadaan didalam dapur berantakan. Air dimana-mana dan tupperware berserakan. Anak itu baru sadar bahwa ayanhnya memadamkan apinya dengan menggunakan air dingin yang ada didalam kulkas. Ibunya bertanya kenapa bisa terjadi seperti ini, dan akhirnya anaknya menjawab "Tadi aku mau matiin kompornya eh ternyata itu nggak mati malah suhunya membesar dan akhirnya terbakar deh." Lalu ibunya hanya terdiam sambil menggeleng-gelengkan kepala.


Kali ini saya mau bahas yang lain.

Anak ini dulu sewaktu SD selalu mengikuti acara-acara sekolah seperti menyanyi dan drama. Jadi di sekolahnya itu ada event yang mencari anak-anak yang bisa bernyanyi. Lalu anak ini mendaftarkan dirinya dan mengikuti audisi dan akhirnya lolos. Anak itu merasa senang sekali dan memberi tahukan hal itu kepada orangtuanya. Jadi selama di rumah dia selalu latihan menyanyi sendiri dan juga kadang bersama omnya. Omnya yang juga hobi menyanyi mengajarkan beberapa hal kepadanya agar dia bisa bernyanyi dengan tenang saat di panggung nanti. Tiap malam sebelum tidur anak itu mendengarkan lagu yang dipilih sambil menyanyikannya agar dia bisa menyanyikan lagu itu dengan baik pada saat tampil nanti.

Tapi sayangnya anak itu tidak lolos masuk 5 besar, jadi dia hanya sampai di 10 besar saja, tp dia tidak berkecil hati. Dia percaya bahwa itulah awal dari kesuksesan dia nanti kedepannya. Walaupun hanya sampai 10 besar tapi dia telah membuktikan bahwa dia bisa melakukannya. Setelah dia ikut menyanyi, gurunya berkata bahwa akan ada acara dari sebuah perusahaan yang ada disana yang akan mengundang sekolahnya dan pihak perusahaan ini meminta untuk menyiapkan sebuah drama bertema apa saja yang harus ditampilkan.

Kemudian gurunya memilih sebuah cerita yang berjudul "Firaun dan Nabi Musa". Jadi gurunya langsung mengumpulkan anak-anak yang ingin ikut dalam cerita tersebut mulai dari kelas 4-6 SD. Ketika orang-orangnya telah berkumpul semua, gurunya ini memberikan peran kepada masing-masing anak. Jadi sebelum mulai latihan, gurunya ini menceritakan kisahnya terlebih dahulu kepada anak-anak agar anak-anak yang ikut bisa mengerti.

Tidak hanya ikut satu drama saja, anak ini juga mengikuti drama yang lain hingga dia tampil bersama teman-temannya di sekolah lain. Anak ini memang suka dengan hal-hal yang berbau seni. Dia pernah memiliki sebuah band kecil di sekolahnya. Jadi setiap pulang sekolah mereka pergi ke rumah temannya yang punya studio musik. Mereka membentuk band itu pada saat masuk kelas 6 SD dan mereka ada 4 orang. Posisi anak itu sebagai vokalis diband itu karena yang hanya bisa nyanyi hanyalah dia dan 1 orang temannya lagi yang kini sebagai gitaris band itu.

Mereka pernah tampil diacara perpisahan kelas 6 dan menurut mereka itu adalah penampilan pertama dan terakhir mereka yang luarbiasa. Karena suatu kebahagiaan sekali buat mereka bisa tampil diacara seperti itu. Anak ini sering mengenang kenangan-kenangannya diwaktu SD dulu. Dia memiliki banyak teman dari mana-mana. Mulai dari dalam negeri hingga luar negeri. Anak ini dulu sering bermain bersama temannya disalah satu rumah orang Amerika. Jadi anak ini bermain dengan anak Amerika yang juga bisa berbahasa Indonesia.

Anak ini pernah juga mengikuti "Halloween" yang hanya dirayakan oleh orang-orang asing yang tinggal disana juga. Dia pergi bersama teman-temannya dan dia berpakaian seperti vampire dan mendatangi setiap rumah yang dilewati. Mereka mendapat banyak cokelat, candy, lollypop, dan snack lainnya. Pokoknya anak ini memiliki banyak kenangan indah yang sangat tidak mungkin dia lupakan.


Saya lanjutkan hal kedua yang pernah membuat orangtua ini kecewa bahkan menangis kepada anak ini. Jadi dia pernah berjalan-jalan disebuah mall dan melihat sebuah toko sulap. Lalu anak ini datang ke toko itu dan melihat beberepa trick yang ada. Disinilah anak ini mulai ketagihan dalam dunia sulap. Jadi anak ini berkata kepada ayahnya bahwa dia ingin kursus sulap yang ditawarkan oleh toko sulap ini. Lalu ayahnya mengizinkannya dan akhirnya anak ini mulai kursus sampai hampir semua trick yang ada disana dia kuasai.

Disinilah awal dari masalahnya. Anak ini semakin menggilai sulap sampai dia nekad untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Dia sempat kabur dari rumah hanya karena dia sudah tidak diizinkan untuk bermain sulap lagi. Karena masalah ekonomi dikeluarganya saat itu sangat buruk sekali. Ayahnya yang belum mendapatkan kerja setelah pindah dari perusahaan sebelumnya kini hanya membuka toko olahraga kecil yang dimana penghasilannya tidak jarang payah. Keluarga anak ini mengalami kesulitan ini selama kurang lebih 2 tahun. Jadi mereka hanya mendapat penghasilan dari sebuah toko olahraga miliknya dan juga dari sisa uang yang dari dulu ditabung.

Jadi semua alat sulap anak ini diambil oleh ayahnya dan juga ayahnya mengambil handphonenya agar dia tidak bisa berhubungan dengan guru sulapnya lagi. Tapi anak ini tetap nekad, sebelumnya dia pernah menukarkan handphone miliknya dengan alat-alat sulap. Awalnya orangtuanya tidak tahu tapi makin lama orangtuanya tahu dan membuatanya marah. Anak ini disuruh untuk mengembalikan alat-alat itu dan mengambil kembali handphonenya.

Untungnya handphone itu masih bersama dengan guru sulapnya jadi bisa langsung diambil kembali. Tapi ada hal lain lagi yang lebih buruk. Anak ini pernah mencuri uang milik ayahnya untuk membeli alat sulap baru. Itu adalah perbuatan yang paling disesali oleh anak ini karena dia telah mengambil uang yang bukan haknya. Ketika keluarganya tahu bahwa anak ini sering mencuri, maka orangtuanya membawanya bertemu dengan om dan neneknya agar diberikan kesadaran terhadap perbuatannya itu. Anak ini disidang dan ditanya ini dan itu, tapi anak ini hanya bisa diam dan terlihat menyesal terhadap perbuatannya itu.

Keluarganya menyarankan untuk menjauhi orang-orang yang membuatnya menjadi seperti ini. Karena bila anak ini terus berhubungan dgn guru sulapnya maka hal ini tidak mungkin selesai. Jadi akhirnya anak ini memutuskan untuk tidak berhubungan lagi dengan guru sulapnya dan pada saat itu juga dia mulai tidak menyukai sulap. Karena dia sadar bahwa hal itu yang membuatnya jatuh dilubang yang salah selama hampir 1 tahun.

Masalah kabur dari rumah tadi hanya terjadi sekali. Anak ini sedang berada di rumah dan dia telah menyiapkan barangnya sehari sebelum dia kabur. Jadi alasan dia pergi keluar adalah ingin berbelanja disebuah warung kompleks rumahnya. Padahal anak ini telah pergi membawa barangnya ke toko sulap milik gurunya. Ketika ibunya mulai khawatir, ibunya menghubungi saudaranya dan menanyakan keberadaan anaknya. Apakah dia ada di rumah saudaranya atau tidak. Lalu saudaranya menjawab tidak ada.

Semakin paniklah ibunya ini dan akhirnya keluarga anak ini pergi menuju ke mall yang dimana toko sulap itu berada. Entah kenapa mungkin karena perasaan seorang ibu terhadap anaknya itu sangat besar jadi ibunya tahu keberadaan anaknya itu. Jadi ketika keluarganya datang, orangtuanya sempat menghubungi guru sulap anaknya itu dan menanyakan keberadaan anaknya dimana. Ketika gurunya menerima telepon dari orangtua anak ini, mereka (guru sulap dan si anak) ini bergegas pergi menuju ketempat parkir. Dan ketika mereka sudah mau keluar dari tempat parkir, ibu anak ini melihatnya dari jarak kurang lebih 50 meter dan langsung berteriak memanggil nama anaknya. Seketika ditempat parkir itu ramai dikerumuni banyak orang dan mereka yang tadinya mau kabur akhirnya tidak jadi.

Pada saat itu juga anak itu turun dari motor dan ibunya memarahinya. Begitu juga dengan guru sulap anak itu yang juga kena marah. Tidak ada yang bisa dikatakan lagi selain hanya bisa terdiam dan merasa malu. Dan akhirnya anak ini dibawa pulang kembali ke rumah bersama keluarganya.

Itu adalah hal kedua yang dilakukan anak itu sehingga membuat orangtuanya kecewa dan menangis. Karena mereka tidak pernah mengajarkan hal-hal seperti itu kepada anaknya.

Lalu hal terakhir yang sering membuat orangtuanya merasa sedih adalah anak ini sering berantem dengan adik perempuannya. Sampai pernah anak ini sementara kumpul dengan ibu dan adiknya bersama dengan sepupu-sepupunya yang lain lalu anak melemparkan sebuah acar yang terbungkus dengan plastik ke wajah adiknya. Itu karena dia tidak mau mengalah dengan adiknya sendiri hanya karena masalah makanan dan akhirnya anak ini marah dan emosi dan langsung melemparkan acar itu. Kejadian itu langsung dilihat oleh ibu dan keluarganya yang lain.

Pada saat itu anak ini telah duduk di bangku SMA dan disitu mereka hanya tinggal di rumah bertiga tanpa ayah, karena ayahnya yang telah diterima kerja disebuah pertambangan yang terletak Sumatera Utara. Jadi ayahnya akan pulang setiap bulan selama 2 minggu. Disitu ibunya sering merasa sedih karena terkadang merasa lelah menghadapi dua anaknya yang tidak pernah akur. Tapi ketika anak-anaknya akur, itu hanyalah sementara dan akhirnya berantem kembali.

Pernah ayahnya berkata kepada anaknya "Kenapa sih kamu selalu bertengkar dengan adikmu itu? Mungkin kalau adikmu itu dipukul sama orang lain kamu hanya melihatnya saja." Lalu anak ini hanya bisa terdiam dan mulai berpikir bahwa hal yang dia perbuat selama ini salah yaitu sering bertengkar dengan adik perempuannya sendiri.

Hal yang paling dia sesali adalah ketika dia melemparkan acar ke wajah adiknya pada saat kumpul makan malam bersama keluarganya. Jika dia mengingat kejadian itu, maka dia akan merasa sedih dan mulai merasa bersalah.

Tapi semakin lama anak ini semakin membaik. Jadi anak ini telah mempelajari hal-hal yang telah dia lewati dulu agar tidak terulang kembali. Dia bahkan sempat diajar kembali oleh orangtuanya bagaimana menjadi orang yang baik, bagaimana menjadi orang bisa menghormati sesama, bagaimana bisa menjadi orang yang tidak melihat keatas yaitu orang yang selalu bersyukur atas apa yang telah dia miliki. Tapi anak ini tidak bisa membalas semua yang telah diajarkan dan diberikan oleh orangtuanya selama ini. Anak ini sangat kurang didalam hal akademik, jadi nilainya yang hanya biasa-biasa saja membuatnya tidak lulus juga di universitas yang ingin dia masuki.

Tapi orangtuanya paham bahwa anaknya itu jiwanya memang bukan kearah akademik, makanya anak ini sering berkata kepada orangtuanya "Tidak usah peduli dengan nilai, toh itu tidak akan menjamin bahwa kita akan menjadi seseorang kelak. Nilai itu hanya butuh secukupnya saja."

Ada satu universitas di Indonesia yang sangat disukai oleh ayahnya, dan kebetulan universitas ini lagi membuka program beasiswa bagi orang-orang yang ingin kuliah disana. Ayahnya menyuruh anaknya ini ikut test yang diadakan oleh universitas ini dan anak ini mengikuti perintah ayahnya. Dan setelah ikut test, anak ini berkata bahwa testnya cukup sulit tapi dia bisa mengerjakannya.

Beberapa minggu setelah test, universitas ini menghubungi orangtua anak ini dan memeberikan informasi bahwa anaknya itu lulus. Orangtuanya merasa sangat senang karena anaknya bisa menunjukkan bahwa dia bisa mendapatkan beasiswa dari sebuah universitas. Dan universitas itu adalah memang pilihan ayahnya untuk anaknya.

Tiba saatnya anak itu harus pergi ke universitas tersebut bersama dengan keluarganya. Sedih karena orangtuanya itu harus melepas anaknya tinggal di kota orang dan jauh dari keluarga. Anak ini juga merasa sepi karena dia harus tinggal disitu tanpa orangtuanya.

2 tahun kemudian

Anak ini pernah berkata kepada orangtuanya. "Aku tidak akan meninggalkan niatku dibidang seni walaupun banyak tantangan didepan yang akan saya hadapi." Lalu orangtuanya kini mengerti atas keinginan anaknya itu dan mereka saling mendukung. Ada satu orang yang sangat bangga kepada anak ini. Itu adalah kakeknya. Kakeknya memang sangat dekat dengannya mulai dari SD sampai mau masuk universitas. Tapi hal sedih sampai ke telinga anak ini.

Jadi pagi harinya ketika anak ini ingin mencari makanan, dia dihubungi oleh orangtuanya yang katanya mereka ingin pergi ke rumah kakeknya untuk menjenguk. Padahal anak ini ingin sekali bertemu dengan kakeknya tapi sayang sekali anak ini berada ditempat yang sangat jauh dari sana. Kemudian ketika anak ini lagi makan, dia dihubungi oleh orangtuanya lagi.

"Halo"

"Kakekmu sudah tidak ada" ayahnya berkata sambil menangis

"Kenapa? suranya tidak jelas." kata anak itu

"Kakekmu sudah meninggal barusan."

"......"

Seketika anak ini yang tadinya lapar kini menjadi kenyang dan merasa shock. Orang yang dekat selain orangtuanya telah pergi dan dia tidak sempat berpamitan dan meminta maaf.

Kakeknya memang sudah lama tersiksa dengan penyakit jantung ditambah lagi dengan asam uratnya dan juga masalah yang tidak kunjung berakhir. Akhirnya Tuhan telah menetepakan waktunya diumur 70 tahun dan memanggilnya kembali ketempat peristirahatan terakhir.

Kini tidak ada lagi orang bisa dia temani bercanda selain orangtuanya. Suasana rumah kakeknya yang dulu ramai, kini hanyalah sebuah rumah kosong yang hanya dihuni oleh istrinya seorang. Terkadang istrinya ini merasa sangat kesepian dan pernah dia menghubungi ibu anak ini untuk menceritakan apa yang diarasakan.

Neneknya ini merasa bahwa anak-anaknya tidak mau datang menemaninya di rumah. Ditambah lagi dengan cucunya yang jarang pulang ke rumah yang membuatnya semakin sedih dan ingin meninggalkan rumah itu. Dia ingin pergi dari rumah dan tinggal bersama dengan sepupunya karena sudah tidak tahan melihat kelakuan anak-anaknya yang sibuk dengan urusan masing-masing yang tidak peduli dengan orangtuanya.

Anak ini mendengar cerita itu dari ibunya sendiri membuat anak ini berpikir bahwa betapa pentingnya waktu yang tersisa untuk kita habiskan bersama dengan keluarga. Anak ini yang dulunya nakal, sering membuat orangtuanya kecewa dan menangis kini dia telah menjadi pribadi yang lebih baik. Dia telah sadar bahwa waktu itu begitu singkat dan sayang bila tidak dipergunakan dengan baik.

Kini dia telah berubah dan tidak seperti dulu lagi. Dia selalu berpikir "Apa yang akan terjadi dengan orangtuaku bila aku masih saja seperti dulu yang tidak pernah berubah. Kenapa aku tidak bisa membuatnya tersenyum sekali saja? Padahal betapa besar harapan mereka yang mereka taruh kepada saya. Mereka ingin melihat diriku berhasil untuk masa depanku nanti. Itulah satu-satunya targetku sekarang."

Kini anak itu baru saja selesai menulis perjalanan hidupnya dari dulu hingga sekarang walaupun hanya secara singkat. Yang aku harap dari teman-teman yang membaca tulisan ini tetap ingin berteman denganku dan bisa menerimaku apa adanya.

Kini secara perlahan aku bisa mengubah diriku menjadi orang yang lebih baik. Itu karena keluarga dan juga teman-teman yang selama ini mengajarkan kebaikan yang tanpa henti.

Kehidupan mengajarkan kita untuk selalu berjuang. Berjuang untuk selalu melakukan yang terbaik demi masa depan yang baik.

- Muh. Hafidz Darmawan -